Oleh: Rakhmad Zailani Kiki
Kepala Bidang Pengkajian dan Pendidikan Jakarta Islamic Centre
JIC – Kemajuan pembangunan di Jakarta dan kehidupan yang menjanjikan membuatnya, sampai saat ini, masih tetap menjadi impian banyak orang, terutama pencari kerja; yang membuat jumlah penduduknya berkembang sangat pesat dan menjadikannya sebagai salah satu kota terpadat di dunia. Jumlah penduduk yang padat menimbulkan kompetisi hidup yang ketat sehingga banyak dari penduduknya tersingkir dan bertindak kriminal karena tidak ada pilihan yang baik untuk bisa bertahan hidup. Kejahatan pun menjadi momok di Jakarta. Selain itu, gempuran budaya pop dan liberalisme yang sangat kuat telah mempengaruhi masyarakat DKI Jakarta, terutama generasi mudanya. Kenakalan pelajar dan remaja yang menjelma menjadi kriminalitas merupakan berita yang harus diterima masyarakat Jakarta sehari-hari.
Namun, masyarakat DKI Jakarta masih dapat bernafas lega karena masih ada beberapa kelompok masyarakat, khususnya masyarakat Betawi, yang masih memegang teguh tradisi-tradisi yang bersumber dari ajaran Islam. Tradisi-tradisi Islam masyarakat Betawi masih kuat mewaranai kehidupan Ibukota dan sedikit banyak berperan ampuh sebagai filter bahkan tameng agar masyarakat, khususnya generasi mudanya tetap berada dalam kebaikan dan memiliki nilai-nilai kemanusian yang utuh.
Seperti tradisi yang mencerminkan nilai persaudaraan, yaitu Akeke (Aqiqah), Sunatan, Khatam Qur’an, Menikah, Bikin dan Pindahan Rumah, Nuju Bulan, Kaulan (Nazar), Hantaran menjelang Ramadhan, Kunjungan pada saat Idul Fithri, dan lain-lain. Kemudian tradisi yang menjadi pengingat dan penguat nilai-nilai kemanusiaan, seperti Yasinan, Pengajian di Halaqah dan Majelis Takim, Dzikir Akbar, Maulid Nabi SAW, Muharraman, Rajaban, dan lain-lain. Maka, bisa dibayangkan bagaimana jika berbagai macam tradisi yang sudah mendarah daging dengan masyarakat Betawi tersebut hilang. Seperti yang dikatakan oleh salah seorang ulama Betawi terkemuka, K.H. Saifuddin Amsir, adakah filter kebudayaan yang setangguh tradisi-tradisi Islam tersebut yang dapat menggantikannya?
Menurut K.H. Abdurrahim Radjiun, ulama sufi Betawi terkemuka, sumber dan penguat utama tradisi-tradisi Islam, khususnya di Betawi tersebut, tidak lain adalah Al-Qur`an. Dengan kata lain, tradisi-tradisi tersebut tidak akan dapat, gagal, menjadi filter kebudayaan Barat yang merusak dan amoral jika tidak bersumber dan tidak dikuatkan dengan Al-Qur`an.
Menyadari posisi strategis Al-Qur`an ini bagi pembangunan mental spiritual masyarakat Jakarta yang mayoritas beragama Islam sejak dini dan menjadi kekuatan menghadapi gempuran budaya Barat yang liberal dan amoral juga dari pengaruh ajaran-ajaran yang intoleran, Gubernur DKI Jakarta, Basuki Thahaja Purnama atau Ahok pun, pada akhir tahun 2014, mencanangkan agar anak usia 12 tahun di Jakarata sudah khatam Al-quran. Menurutnya jika tidak menguasai ajaran agama dengan baik akan membuat seseorang mudah dihasut atas dasar agama.
Menurutnya, remaja masjid harusnya membawa perubahan untuk membuat anak-anak muda lebih senang menghabiskan waktu di tempat ibadah daripada di mall atau main game.“Saya harap remaja masjid betul-betul jadi agen perubahan yang bawa rahamatan lil alamin. Menjadi berkah untuk semua,” ujarnya.
Maka, sebagai Pusat Pengkajian dan Pengembangan Islam Jakarta dan untuk mempercepat terealisasinya harapan dari Gubernur DKI Jakarta tersebut, Jakarta Islamic Centre (JIC), melalui Bidang Pengkajian dan Pendidikan bersama dengan Ustadz Choirul Anam pemilik metode AQSHO dan Ustadz Abdul Latif, trainer JIC, pemilik Metode HATAM (Hafal Tanpa Menghafalkan) yang merupakan metode hafal ayat-ayat Al-Qur`an era digita akan mengadakan pelatihan untuk para guru, khususnya guru Al-Qur`an, dan juga kepada mereka yang ingin menjadi pengajar baca dan hafal Al-Qur`an dengan metode yang mudah, cepat dan tepat sasaran. Lulusan terbaik dari pelatihan Metode Aqsho dan Metode HATAM ini akan disebar oleh JIC di wilayah DKI Jakarta untuk melatih anak-anak, remaja dan juga dewasa.
Khusus mengenai Pelatihan Bagi Para Pelatih Baca Al-Quran, JIC bekerjasama dengan Choirul Anam dari Yayasan Aqsho Sidoarjo karena metode AQSHO yang memiliki slogan “Senang dan Indahnya Belajar Al-Qur`an” ini sudah terbukti membuat banyak peserta, dari usia kanak-kanak sampai lansia yang sama sekali tidak bisa baca Al-Qur`an, dalam waktu yang tidak begitu lama mampu membaca Al-Qur`an. Kegiatan Pelatihan untuk Para Pelatih Metode AQSHO dan Metode HATAM akan dilaksanakan serentak pada hari Sabtu s.d Ahad. 6 s.d 7 Juni 2015 di Gedung Bisnis Jakarta Islamic Centre (JIC). Untuk informasi dan pendaftaran peserta ke Rina di nomor telepon (021) 4413069 setiap jam dan hari kerja atau di nomor telepon genggam 085693806000 atau 081314165949 dengan syarat dan ketentuan berlaku.
Dua kegiatan tersebut merupakan rangkaian kegiatan dari acara Jakarta Quranic Fair 2015 yang diselenggarakan oleh JIC dari hari Jumat s.d Ahad, 5 s.d 7 Juni 2015 bertempat di Gedung Bisnis Jakarta Islamic Centre (JIC) Jl. Kramat Jaya, Tugu Utara, Koja, Jakarta Utara. Kegiatan lainnya adalah Quranic Studies, Quranic Training, Quranic Inspiration, Quranic Expo, Quranic Kids, Quranic Zone dan Quranic Film. Diadakan pula seminar tentang langgam Al-Qur`an dengan narasumber Prof. Dr. K.H. Ahsin Sakho Muhammad, M.A dan Prof. Dr. Bambang Pranowo serta Dr. KH Muhammad Zaitun Rasmin, Lc. MA. Dimeriahkan juga oleh Caesar YKS, Ir. H. Wisnu Budi, Gen Halilintar, Hafidz Kembar Tiga, Bahlil Lahadia (Ketua HIPMI), Bioskop Sekolah dan sederet musisi muslim. Pelatihan lainnya adalah adalah Pelatihan Menjemput Impian, Pelatihan Metode Tadabbur Al-Qur`an, Pelatihan Metode 3 Jam Menghafal Asmaul Husna, Pelatihan Metode Qira`ati, Pelatihan Metode Al-Jabar, Pelatihan Metode Savi Quran, Pelatihan Metode Kinestetik, Pelatihan Paint Art of Al-Qur`an, Pelatihan Menjadi Pengusaha, dan Pelatihan Tarbiyah Al-Qur`an. Ada pula ragam pameran, yaitu Pameran Mushaf Al-Qur`an, Pameran Kaligrafi, Mobile Al-Qur`an, aneka lomba dan masih banyak lagi. ***
Tags: jakarta utara, jic, JQF_JAKARTA QURANIC FAIR, MEWUJUDKAN JAKARTA YANG QUR`ANI