Radiojic – Ketika kita ingin mengukur dalamnya laut, insya Allah ada alat ukurnya dan kita sendiri bisa mengukurnya. Dan ketika kita ingin mengukur dalamnya sumur yang kita miliki itupun sangat bisa kita lakukan. Akan tetapi bagaimana cara kita mengukur keimanan kita ?
Sampai hari ini mungkin kita belum menemukan alat ukur untuk mengukur keimanan kita. Namun bukan berarti kita tidak dapat mengukur dalamnya keimanan kita sendiri. Ternyata Islam mengajarkan kita bahwa sangat mudah untuk mengukur kedalaman iman kita yaitu dengan cara menilik diri kita sendiri, menilik qalbu kita, dan menilik prilaku kita kepada orang-orang di sekeliling kita.
Salah satu cara mengukur keimanan kita melalui perantara tetangga kita. Mengapa demikian? Ada salah satu yang harus diperhatikan bersama yaitu saat Rasulullah bersumpah, Beliau mengatakan, Demi Allah tidak beriman seseorang selama tetangganya itu tidak merasa aman daripada prilakunya yang buruk. Jadi, ternyata mengukur keimanan kita kepada Allah tidaklah susah dan tidak pula memerlukan alat yang mahal tetapi hanya dengan sifat yang kita tunjukkan dalam kehidupan kita.
Apabila kita rajin melaksanakan ibadah sholat wajib, sholat tahajjud dan dhuha juga lancar, belum bisa mengukur kedalaman iman kita. akan tetapi jika dari lisan kita keluar kata-kata yang tidak baik, dan pandangan mata kita yang memandang kecil orang lain atau tetangga kita sehingga membuat rasa tidak aman kepada tetangga kita maka kita belum dianggap beriman kepada Allah SWT.
Kalau kita lihat kitab suci Al-Qur’an bagaimana saat Allah SWT memerintahkan kita untuk menyembah-Nya kemudian melarang kita untuk menyekutukan-Nya dengan segala sesuatu. Lalu Allah memerintahkan kita berbuat baik kepada kedua orang tua kita, kerabat, anak yatim, fakir miskin dan juga kepada tetangga kita. Jadi ternyata dalam Islam persoalan bertetangga bukanlah persoalan yang sangat kecil akan tetapi bertetangga adalah hal yang berkaitan dengan keimanan kita kepada Allah SWT.
Agama Islam memberikan pandangan yang berbeda tentang persoalan bertetangga, di antaranya adalah:
- Barometer baiknya diri kita adalah adanya pengakuan dari tetangga kita.
Ada sebuah hadits Rasulullah SAW, saat itu salah seorang sahabat bertanya, “ Ya Rasulullah, bagaimana agar aku bisa dianggap baik?
Rasulullah menjawab, “Bertanyalah kepada tetanggamu. Jika tetanggamu mengatakan kamu baik, maka kamu memang baik. Tetapi jika sebaliknya, tetanggamu mengatakan kamu buruk, berarti itulah kita.
- Tidak ada persoalan yang selalu diingatkan oleh malaikat kepada Rasulullah SAW selain persoalan bertetangga. Agama Islam mengajarkan bahwa persoalan bertetangga memilki keutamaan yang sangat penting bagi kehidupan di dunia dan di akhirat.
Rasulullah SAW mengatakan bahwa malaikat Jibril AS senantiasa mengingatkan kepadaku akan sampai aku mengira tetangga ini akan mewarisi apa yang kita miliki. Hal ini karena seringnya diingatkan oleh malaikat Jibril AS. (d_shg)
Sumber: program On air Radio JIC_Addinu Nashihah
Tags: MENGUKUR KEIMANAN MELALUI TETANGGA, PROGRAM addinu Nasihah, Program On air Radio JIC, Radio JIC