CINTA BUTA (Bg. V)

Radio JIC / January 2, 2018

 

RADIOJIC – Penyakit Al-Isyq (cinta yang tercela) akan menimpa orang-orang yang hatinya kosong dari rasa mahabbah (cinta) kepada Allah, selalu berpaling dari-Nya, dan kecintaan kepada selain-Nya. Penyakit Al-Isyq terjadi dengan dua sebab yaitu karena mengganggap indah apa-apa yang dicintainya dan perasaan ingin memiliki apa yang dicintainya. Jika salah satu dari dua faktor tersebut tidak ada, niscaya virus tidak akan berjangkit.

Hati yang penuh cinta kepada Allah dan rindu bertemu dengan-Nya pasti akan kebal terhadap serangan virus ini. (Zaadul Ma’ad, Ibnu Qayyim Al-Jauziyah). Secara garis besar, ada dua kategori cinta di muka bumi ini, yaitu Cinta Terpuji (landasan/dasarnya adalah taqwa) dan Cinta Tercela (landasan/dasarnya adalah hawa nafsu).

Cinta memiliki berbagai macam jenis dan tingkatan, tingkatan yang tertinggi dan paling mulia adalah mahabbatu fillah wa lillah (cinta karena Allah dan di dalam Agama Allah) yaitu cinta yang mengharuskan mencintai apa-apa yang dicintai Allah, yang dilakukan berlandaskan cinta kepada Allah dan Rasul-Nya.

Cinta berikutnya adalah cinta yang terjalin karena adanya kesamaan dalam cara hidup, agama, mazhab, ideologi, hubungan kekeluargaan, profesi dan kesamaan dalam hal-hal lainnya. Di antara jenis cinta lainnya yaitu cinta yang motifnya karena ingin mendapatkan sesuatu dari yang dicintainya, baik dalam bentuk kedudukan, harta, pengajaran dan bimbingan, ataupun kebutuhan biologis. Cinta yang didasari hal-hal seperti ini yaitu al-mahabbah al-’ardiyah, akan hilang bersama hilangnya apa-apa yang ingin didapat dari orang yang dicintai. Yakinlah bahwa orang yang mencintaimu karena sesuatu akan meninggalkanmu ketika dia telah mendapat apa yang diinginkannya darimu.

Adapun cinta lainnya adalah cinta yang berlandaskan adanya kesamaan dan kesesuaian antara yang mencintai dan yang dicintai. Mahabbah al-isyq termasuk cinta jenis ini, tidak akan sirna kecuali jika ada sesuatu yang menghilangkannya. cinta jenis ini, adalah berpadunya ruh dan jiwa, oleh karena itu tidak terdapat pengaruh yang begitu besar baik berupa rasa was-was, hati yang gundah gulana maupun kehancuran kecuali pada cinta jenis ini. (Disarikan dari Ighatsatul Lahfan min Mashayidisy Syaitan dan Zaadul Ma’ad, Ibnu Qayyim Al-Jauziyah).

Sumber : Program onair Radio JIC / Program Teladan Muslimah

Related Post

Tags: , , , ,



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *