CINTA BUTA (BAG. IV)

Radio JIC / January 2, 2018

Program Teladan Muslimah edisi Cinta Buta Bagian IV

RADIOJIC – Cinta terhadap lawan jenis sewaktu-waktu dapat menuju dorongan syahwat yang berbahaya. Oleh karena itu, agar tidak terjadi sesuatu yang merugikan, tindakan pencegahan lebih awal serta menjauhkan diri dari sikap maupun sarana yang menjurus pada penyakit al-isyq seperti ber-chat ria lewat situs jejaring sosial atau ber-sms dengan lawan jenis juga banyak memberikan immun hati terhindar dari penyakit al-isyq.

Rasulullah menganjurkan kepada pemuda yang telah mampu untuk menikah. Jika memang ada peluang untuk menikahi wanita yang dikasihinya. Namun, bila si pemuda belum siap dianjurkan untuk berpuasa sebagaimana tercantum dalam hadits dari riwayat Ibn Mas’ud Radhiyallahu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hai sekalian pemuda, barang siapa yang mampu untuk menikah maka hendaklah dia menikah , barangsiapa yang belum mampu maka hendaklah berpuasa karena puasa dapat menahan dirinya dari ketergelinciran (kepada perbuatan zina).”

Nyata solusi yang paling manjur untuk orang yang sedang kasmaran adalah menikah dan dengan menikah pastinya akan terhindar dari zina dan tak usah bingung lagi untuk berbalas kasih dengan orang yang dicintai. Seperti halnya Ibnu Majah meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Aku tidak pernah melihat ada dua orang yang saling mengasihi selain melalui jalur pernikahan.” Tidak semuanya orang yang sedang tertimpa penyakit cinta bisa disembuhkan dengan cara menikah dan berpuasa. Karena peluang untuk menikahi orang yang dikasihi terhalang oleh takdir yakni orang yang dikasihi bukan jodohnya. Jika sudah begini, penyakit al-isyq akan semakin parah apabila tidak ditangani sesegera mungkin dengan terapi.

Terapi kedua yakni berpikir positif (Be positive thingking, okey!) dan meyakinkan diri bahwa apa yang menimpa kita kepada orang yang dikasihi adalah takdir Allah subhanahu wata’ala. Berpikirlah bahwa Allah subhanahu wata’ala pasti akan memberikan yang lebih baik karena jodoh sudah ditakdirkan oleh Allah. Mencoba sedikit demi sedikit untuk melupakannya dengan cara lebih mendekatkan diri kepada Allah dan berdoa kepada Allah agar diberikan jodoh yang lebih baik.

Bila cara meyakinkan diri bahwa apa yang menimpa cintanya adalah ketetapan atau takdir Allah subhanahu wata’ala tidak mempan juga. Rasa cintanya masih menggebu hendaknya ditangkal dengan beberapa keyakinan tentang risiko yang akan kita dapat jika kita masih bersikukuh mengejar kekasih yang mustahil akan jadi jodoh, karena takdir tidak menghendakinya. Risiko hilangnya seorang kekasih serta siksa di akhirat nanti bila penyakit al-isyq tidak lekas dihilangkan, cobalah dipikir sejenak. Terapi tersebut juga tak mempan juga, alternatif lain yakni mengubur rasa cinta atau simpati pada lawan jenis dengan apa-apa yang kiranya ada cela dalam akhlaknya, sikap, maupun kecerdasannya dan kekurangan yang lain. Apa-apa yang tidak baik dari lawan jenis membuat penyakit al-isyq yang menggebu agaknya lebih banyak berkurang dan semakin lama akan semakin menghilang penyakit ini.

Dengan mengingat kejelekan dari pemicu penyakit al-isyq, maka semakin mudah jalan penyakit ini keluar dari hati kita. Secuplik terapi-terapi yang diuraikan oleh Ibnul Qoyyim agaknya mampu membunuh penyakit al-isyq asalkan kita berniat sungguh-sungguh untuk menghindari penyakit al-isyq serta jangan terlalu meratapi dambaan hati yang tak jadi pendamping hidup, bangkitlah dari penderitaan cinta dan bangkit mencari pengganti yang lain, karena rezeki kita siapa yang tahu. “...dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.” (QS. Yusuf [12] : 87)

Sumber : Program onair Radio JIC / Program Teladan Muslimah

 

Related Post

Tags: , , , ,



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *